Suara Merdeka Akan Tumbuh

"Nyata: Semangat Perlawanan Dan Perubahan Akan Segera Tumbuh Dari Bawah Tanah!" - Puisi Konkrit Merdeka, 2012 (@facebook: Yayak Yatmaka)

Gotong royong: is highly needed!

Gotong royong yang menjadi ruh bagi kerukunan dan budaya tatap muka selalu akan menjadi tolak ukur bagi persatuan dalam keberagaman kita

"Tak Tentu Arah (Tarian Bunda Pertiwi)"

Pertiwi menari tak tentu arah, menjadi bulan-bulanan para politisi oportunis yang ujung-ujungnya hanya akan menelantarkan kepentingan orang banyak atawa bangsa

Monday, September 10, 2012

Rahasia Doomsday Seed Vault Di Arktik


Oleh  F. William Engdahl

Bill Gates, Rockefeller dan raksasa-raksasa GMO tahu tentang sesuatu yang kita tidak tahu

Satu hal tentang si penemu Microsoft, Bill Gates, ialah (bahwa dia) tidak bisa dikatakan sebagai seorang pemalas. Dia sudah menguasai  pemrogaman pada usia 14 tahun dan menemukan Microsoft di usia 20 tahun saat ia masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa Universitas Havard. Di tahun 1995 dia sudah masuk dalam Forbes sebagai orang paling kaya di dunia dan menjadi  pemegang saham terbesar di Micrisoft-nya, sebuah perusahaan yang ia dibangun dengan usaha keras untuk memonopoli secara de facto atas sistem  piranti lunak untuk komputer pribadi.

Pada tahun 2006, saat umumnya orang dalam keadaan demikian mungkin berfikir untuk pensiun dan menenangkan diri di kepulauan Pasifik, Bill Gates justru memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada yayasan Bill and Melinda Gates  miliknya, sebuah yayasan pribadi yang bisa dikatakan sebagai yayasan paling  “terbuka” dan terbesar di dunia dengan penghasilan 34, 6 milyar USD dalam  bentuk sumbangan yang harus dikeluarkan sebesar 1.5 milyar USD  per tahun untuk proyek-proyek charity di seluruh dunia agar terbebas dari pajak  dengan status amal. Sumbangan tersebut berasal dari teman dan rekanan bisnis, mega-investor Waren Buffet di tahun 2006, yang sebagian dari 30 milyar USD diantaranya atau seharga saham di Buffet’s Berkshire Hathaway, telah  menempatkan Gate dalam sebuah perkumpulan yang menghabiskan biaya hampir  menyamai total anggaran tahunan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO).  Jadi, ketika Bill Gates, melalui Gates Fundation, memutuskan untuk  menginvestasikan 30 juta dollar dari hasil jerih payahnya dalam sebuah proyek,  hal tersebut sangat patut untuk dikaji.
Tak ada yang lebih penting saat itu daripada sebuah proyek yang tidak lazim di salah satu tempat paling terpencil di dunia, Svalbard. Bill Gates sedang  menginvestasikan jutaan dolar di bank benih, di laut Barents dekat samudra arktika (Arctic Ocean) yang terletak 1.100 km dari kutub utara. Svalbard adalah sebuah  tempat tandus berbatu yang diklaim oleh Norwegia dan baru diserahkan pada  tahun 1925 melalui perjanjian internasional (lihat peta).

Di pulau yang “diabaikan tuhan” ini Bill Gates menginvestasikan puluhan juta dolarnya, bersama dengan Yayasan Rockfeller, Monsanto Corporation, Yayasan  Syngenta, serta pemerintahan Norwegia, pada apa yang dinamakan ‘bank benih  kiamat‘ (doomsday seed bank). Secara resmi proyek itu dinamai Svalbard Global Seed Vault di  Spitsbergen yang terletak di kepulauan Norwegia, bagian dari deretan pulau  Svalbard.

Bank benih dibangun di dalam sebuah gunung di pulau Spitsbergen dekat desa kecil Longyearbyen. Menurut pemberitaan mereka, bank benih tersebut sudah  hampir siap untuk ‘berbisnis’. Bank tersebut akan memiliki pintu tahan ledakan  ganda dengan sensor gerak, dua pengunci udara (airlocks), dan dinding beton  baja berketebalan satu meter. Di dalamnya akan mampu memuat hingga tiga juta  jenis benih yang berbeda dari seluruh dunia, dengan begitu menurut pemerintah  Norwegia, “keanekaragaman benih dapat terpelihara untuk masa depan”.  Benih-benih akan dibungkus secara khusus untuk mengeluarkan embun atau uap  lembab. Disana tidak akan ada staff yang bekerja seharian, tetapi relatif  susahnya akses kesana akan memudahkan mengamati kemungkinan apa saja dari  aktifitas manusia.

Apakah kita melewatkan sesuatu disini? Press Release mereka mengatakan “dengan begitu keanekaragaman benih dapat terpelihara untuk masa depan”. Masa depan seperti apa gerangan yang sponsor-sponsor seed bank sedang ramalkan  bahwa ia akan mengancam persediaan benih sekarang ini, yang hampir keseluruhannya sudah terlindungi dengan baik oleh bank-bank benih di seluruh dunia?

Tiap kali Bill Gates, Yayasan Rockfeller, Monsanto dan Syngenta, berkumpul bersama dalam sebuah proyek tertentu, patut rasanya kalau kita gali lebih dalam apa yang ada dibalik bebatuan Spitsbergen. Ketika kita lakukan, kita akan menemukan  sesuatu yang menarik.

Poin penting pertama yang perlu dicatat adalah siapa yang mensponsori ‘kubah  benih kiamat’ (Doomsday Seed Vault)? Berikut adalah mereka-mereka yang bergabung bersama orang-orang Norwegia  disini, seperti yang sudah dikemukakan, Yayasan Bill and Melinda Gates;  perusahaan agribisnis raksasa Amerika Dupont/Pioneer Hi-bred, salah satu  pemilik terbesar dunia atas benih tanaman transgenik (GMO – Genetic Modified  Organism) dan agrikimia  lain yang sudah dipatenkan; Syngenta, perusahaan besar benih GMO dan agrikimia  yang berbasis di Swiss melalui yayasan Syngenta-nya; Yayasan Rockfeller, group  swasta yang menciptakan “revolusi gen” dengan lebih dari 100 juta dolar uang  (dari) benih sejak tahun 1970an; CGIAR, jaringan global yang dibuat oleh  yayasan Rockfeller untuk mempromosikan pemuliaan genetik yang ideal melalui  perubahan pertanian.

CGIAR dan “The Project”
Seperti yang sudah saya jelaskan di buku Seeds of Destruction [1], di tahun 1960 yayasan Rockfeller, John D. Rockefeller III’s Agriculture Development Council  dan Ford Foundation menjalin kekuatan untuk mendirikan lembaga penelitian padi internasional (IRRI) di Los Banos, Philipina. Pada 1971, IRRI Rockfeller  ini, bersama dengan pusat pengembangan jagung dan gandum internasional yang  berbasis di Mexico serta dua dari international research center bikinan  Rockfeller dan Ford Foundation yang lain, IITA (untuk pertanian tropis), di Nigeria  dan IRRI (untuk padi), di Filipina, digabungkan untuk membentuk Consultative  Group on International Agriculture Research (CGIAR)

CGIAR terbentuk pada rangkaian konferensi tertutup yang diselenggarakan di  pusat konferensi yayasan Rockfeller di Bellago, Italy. Peserta utama dalam  pembicaraan di Bellago ini adalah Goerge Harrar dari yayasan Rockfeller,  Forrest Hill dari Ford Foundation; Robert McNamara dari Bank Dunia dan Maurice Strong, the Rockefeller family’s international environmental organizer, yang – selaku komisaris yayasan Rockfeller – mengorganisir pertemuan Earth  Summit PBB di Stockholm pada tahun 1972. Ini merupakan bagian dari dekade sepanjang upaya The Fundtion untuk menggiring ilmu pengetahuan ke pelayanan eugenika  (service of eugenics), sebuah versi keras dari pemurnian ras, sesuatu yang  disebut sebagai “The Project“.

Untuk memastikan impact yang maksimal, CGIAR mengikut-sertakan the United Nations’ Food and Agriculture Organization, Program Pembangunan PBB dan Bank Dunia. Dengan  begitu, melalui langkah perencanaan yang matang dan berhati-hati , Yayasan Rockfeller di  awal tahun 1970-an sudah berada pada posisi menentukan kebijakan pertanian global,  dan walhasil terwujud.

Dengan dibiayai oleh sang dermawan Rockfeller dan Ford Foundation melalui  bantuan penelitian, CGIAR melihat bahwa para ilmuwan terkemuka pertanian Dunia Ketiga dan agronomi dibawa ke Amerika Serikat untuk “menguasai” konsep  produksi agribisnis modern untuk kemudian dibawa krmbali ke negaranya masing-masing. Dalam prosesnya mereka menciptakan sebuah jaringan pengaruh yang tak  ternilai untuk promosi agribisnis Amerika Serikat di beberapa negara-negara tersebut,  terutama promosi ‘Revolusi Gen’ di negara-negara berkembang,  semua atas nama ilmu pengetahuan dan efisiensi untuk mendukung pertanian pasar  bebas.
***

Tuesday, August 28, 2012

“Tentara Lindungi Kebebasan Kita” & Kebohongan-Kebohongan Lain Yang Aku Pelajari Di Sekolah

Oleh Kevin Carson

Berikut adalah salah satu petikan pidato Barrack Obama dalam acara penerimaan  nobel yang dianugerahkan kepadanya: “Tapi dunia harus ingat bahwa bukan hanya lembaga internasional – bukan hanya perjanjian dan deklarasi – yang membawa stabilitas ke dunia pasca-Perang Dunia II. Apapun kesalahan yang telah kita buat, fakta yang jelas adalah ini: Amerika Serikat telah membantu menopang keamanan global selama lebih dari enam dekade dengan darah warga kita dan kekuatan tangan kita. Layanan dan pengorbanan para tentara kita telah mempromosikan perdamaian dan kemakmuran dari Jerman sampai Korea, dan memungkinkan demokrasi menancap di tempat-tempat seperti Balkan“.

Sebelum Mr. Obama sempat menepuk dadanya, mungkin kita harus melihat beberapa catatan berikut:

“Keamanan global” dan “stabilitas” berarti keamanan dan stabilitas suatu tatanan global yang dijamin oleh Amerika Serikat – sebuah tatanan global yang mencerminkan kepentingan koalisi dari kekuatan-kekuatan kelas yang mengontrol pemerintah Amerika.

Rekor Amerika Serikat sehubungan dengan “menancapkan demokrasi” juga jelas. Ketika US melayani dengan baik kepentingan dunia usaha untuk mengganti sistem kediktatoran dengan demokrasi formal, Amerika Serikat telah melakukannya. Tapi ketika dia sedang sangat cocok dengan kepentingan kekuasaan korporasi untuk menggulingkan demokrasi melalui kekerasan, pemerintah Amerika Serikat tidak segan-segan untuk melakukannya.

Banyak darah orang Amerika, memang, telah tumpah di medan-medan perang di seluruh dunia. Tapi terlebih lagi, banjir darah juga telah dialami oleh orang-orang yang tinggal di negara-negara itu, untuk melawan serbuan para tentara Amerika. Dan perang, di mana semua darah telah ditumpahkan, tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan, kebebasan, atau kepentingan lain dari orang-orang di mana perang-perang itu dikecamukkan.

Daftar medan pembunuhan diwarnai dengan “darah warga kami” – dan banyak orang-orang lain – memang berlangsung lama. Ini mencakup jutaan yang dibunuh oleh rezim militer dan death squad di Amerika Tengah, dari penggulingan Arbenz pada tahun 1954 sampai dukungan AS untuk terorisme Contras ‘pada 1980-an. Ini mencakup para korban kediktatoran militer Kerucut Selatan (southern cone) Amerika Latin, (instalasi komunikasi di Zona Terusan Panama) dipasang dengan dukungan penuh dari Operasi Condor di tahun 60-an dan 70-an. Ini mencakup ratusan ribu yang dibantai oleh Suharto (dengan stasiun CIA Jakarta  sebagai penyusun hitlist) serta jutaan lainnya oleh Mobutu.

Tidak jarang Amerika Serikat melakukan intervensi untuk melindungi perusahaan-perusahaan yang menguasai dunia dari orang-orang yang tinggal di dalamnya (?) “who own the world from the people who live in it“. Seperti yang Noam Chomsky katakan, Perang Dingin dalam prakteknya dapat disimpulkan sebagai perang oleh AS terhadap Dunia Ketiga, dan oleh Uni Soviet terhadap satelit-satelitnya, dengan sebuah dalih “ancaman” dari  negara adidaya yang lain. Ini sangat mirip dengan apa yang Emmanuel Goldstein gambarkan tentang the three rival superpowers of “1984”: tiga janjang jagung yang saling menopang, dan memungkinkan satu sama lain untuk mempertahankan sistem internal kekuatannya masing-masing.

Salah satu item terpenting dalam kredo Amerika adalah keyakinan bahwa para tentara “melindungi kebebasan kita.” Dengan definisi: perang apapun yang Amerika Serikat jalankan adalah untuk tujuan  “Membela kebebasan kita.” Coba tonton acara berita kabel atau baca editorial surat kabar setempat pada Hari Veteran dan Memorial Day, jika Anda tidak percaya. Jika ada kepercayaan paling prinsipil bagi idiologi Amerikanisme Seratus Persen , ya inilah dia.

Saya pernah melihat Ketua  JCS (Joint Chiefs of Staff) Richard Myers, di C-SPAN, yang sedang menangani Army War College, mengkritik Cina (dengan wajah lurus) atas kepemilikan kekuatan militer di luar “kebutuhan pertahanannya yang sah.” Ini diucapkan seorang pejabat  militer peringkat tertinggi di negara adidaya global yang anggaran militernya melebihi budget militer seluruh dunia bila disatukan.

Ketika kebanyakan orang dengan akal sehat berpikir tentang “membela negara kita”, hal pertama yang terlintas dalam pikiran mungkin membela dari serangan militer yang sebenarnya di wilayah Amerika Serikat. Tetapi jika Anda melihat semua “ancaman” asing dimana pemerintah AS “membela” diri terhadapnya, anehnya mereka terutama justru mengkaitkan dengan apa yang sedang dilakukan oleh sebuah negara di belahan dunia lain sampai beberapa ratus mil dari perbatasannya sendiri. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak memiliki kemampuan logistik untuk memproyeksikan kekuatan yang lebih dari beberapa ratus mil di luar perbatasan mereka. Jadi jika Anda berpikir tentang hal ini, adalah adil bahwa militer AS “membela negara kita” dan “melindungi kebebasan kita” di sisi lain dunia. Jika Paman Sam tidak cukup murah hati untuk bertemu dengan mereka lebih dari setengah jalan, tentu kita tidak akan pernah punya perang dengan siapapun.

Komentar Myers ‘tentang Cina, dan sifat dari “ancaman-ancaman” lain yang dimaksudkan, sejatinya Badan keamanan nasional AS sedang memberikan sebuah pandangan yang menarik tentang apa yang dinamakan “exceptionalisme Amerika”. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara di dunia yang diizinkan untuk mendefinisikan sebagai “kemampuan militer yang berlebihan” atas kemampuan (bangsa lain dalam) menahan serangan Amerika. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara dengan hak untuk mendefinisikan sebagai “agresi” atas apa yang negara lain lakukan di sekitar daerahnya sendiri di belahan dunia lain – sementara Amerika Serikat sendiri melakukan campur tangan militer di seluruh dunia untuk memaksa bangsa-bangsa lain untuk mematuhi kemauannya. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang diperbolehkan untuk mendefinisikan sebuah “ancaman” sebagai kecakapan negara lain untuk tidak mematuhi perintah sang hegemon global dalam beberapa ratus mil dari perbatasannya sendiri. Secara definisi, suatu “ancaman” adalah setiap negara yang tidak melakukan apa yang diperintahkan.

Jadi ketika Liz Cheney mengkritik Obama karena tidak percaya exceptionalism Amerika, dia salah besar. Obama percaya sepenuhnya. Seperti yang Chomsky tunjukkan, kaum liberal Amerika, seperti juga banyak kaum konservatif, berbagi asumsi secara implisit bahwa “kita menguasai dunia”. Mereka mungkin percaya bahwa Vietnam atau Irak adalah “Kesalahan”, tapi tidak pernah untuk satu detik pun mereka mempertanyakan premis adakah Amerika Serikat memiliki hak untuk campur tangan dalam berbagai kasus tersebut.

Mari kita perjelas. Militer Amerika Serikat tidak “membela kebebasan kita.” Belum ada perang dalam hidupku yang menyangkut ancaman militer asing beneran atas kebebasan kita, dan pemerintah Amerika Serikat telah secara aktif terlibat dalam  menekan kebebasan di seluruh dunia untuk beberapa dekade. Pemerintah Amerika Serikat adalah ancaman bagi kebebasan kita, dan kebebasan orang di mana-mana.

——————————–
Kevin Carson adalah seorang penulis mutualis kontemporer dan anarkis individualis. Karya tulisnya meliputi Studi Ekonomi Politik mutualis dan Teori Organisasi: Sebuah Perspektif Anarkis Individualist. Keduanya tersedia secara online. Carson juga menulis untuk berbagai jurnal berbasis internet dan blog, termasuk Just Things, The Art of the Possible, the P2P Foundation dan Blog mutualisnya sendiri.

***

* Source:  www.informationclearinghouse.info
* Translation by Loji (www.tembelek.com)

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.