Saturday, August 20, 2011

Millennium Trilogy – Kisah Misteri dari Swedia

Ketika aksi para detektif dan penyelidik dari film-film Hollywood mulai membosankan, dicarilah sosok detektif alternatif dari dunia perfilman lain. Yang sempat heboh tahun lalu adalah film detektif Inggris Sherlock Holmes, garapan Guy Ritchie dengan bintang (masih) Hollywood Robert Downey Jr. sebagai sang detektif rekaan sastrawan Inggris Sir Arthur C. Doyle tersebut. Lalu bagi yang tertarik dengan film-film dari daerah Scandinavia, tentu tak lupa pada sosok detektif partikelir asal Norwegia Varg Veum yang adaptasi film pertamanya tahun 2007 dari novel (juga) Bitter Flowers buah karya Gunnar Staalesen. Film pertama kisah Varg Veum tersebut diikuti dengan adaptasi novel Staalesen berikutnya hingga total filmnya berjumlah enam. Sepertinya memang daerah Scandinavia tak habis begitu saja menciptakan kisah detektif. Kali ini dari negara tetangganya Varg Veum yaitu Swedia, 3 buah novel misteri karya Stieg Larsson laris manis dipasaran eropa. Uniknya, 3 buah novel yang dijuluki Millennium Trilogy ini justru dirilis dan meledak penjualannya setelah Larsson mendadak meninggal dunia pada tahun 2004. Pada tahun 2009, 3 buah film adaptasi (lagi-lagi) dari 3 buah novel Millennium Trilogy akhirnya dirilis. Film pertama digarap oleh sutradara Denmark Niels Arden Oplev, sedangkan sisa dari 2 trilogy dibuat oleh sutradara asal Swedia Daniel Alfredson. Sebenarnya aku sudah berniat untuk membuat review film pertamanya setelah nonton dan membaca tulisan resensi dari GilaSinema dan Tukang Review, hanya saja rencananya terpaksa kutunda karena aku menemukan 2 film terakhirnya.

Urutan Millennium Trilogy (dari wikipedia) adalah:
1. The Girl with the Dragon Tattoo
Judul asli: Män som hatar kvinnor (literally: Men Who Hate Women)

2. The Girl who Played with Fire
Judul asli: Flickan som lekte med elden (The Girl Who Played with Fire)

3. The Girl who Kicked the Honet’s Nest
Judul asli: Luftslottet som sprängdes (The Air Castle Which Exploded)

Seperti yang telah dibahas oleh GilaSinema, judul seri pertama dalam bahasa Inggris yang diambil dari translasi novelnya memang kurang tepat dengan isi cerita. Judul aslinya lah yang benar-benar menggambarkan tema kasus yang diambil oleh sang penulis yaitu topik tentang misoganis. Judul yang benar-benar menggunakan kata The Girl (mengacu pada sosok Lisbeth) hanya ada dalam buku kedua, dan itupun sesuai dengan isi cerita yang lebih fokus menceritakan latar belakang tokoh Lisbeth. Mungkin untuk memberikan kesan “berseri”, penerjemah buku kedalam bahasa Inggris memilih judul yang terlihat memiliki tokoh yang sama (ingat kasus Harry Potter dan Percy Jackson).

Tidak seperti halnya kisah detektif lainnya, Millennium Trilogy mengetengahkan 2 tokoh utama yang bukan detektif. Tokoh pertama Mikael Blomkvist adalah seorang wartawan penyelidik paruh baya yang bekerja untuk majalah Milennium. Tokoh kedua malah sama sekali tak punya hubungan dengan dunia penyelidikan. Lisbeth Salander adalah gadis usia pertengahan dua puluhan yang memiliki kemampuan sebagai hacker handal (tak dijelaskan dari mana dia belajar) dan memiliki photographic memory. Masa lalu Lisbeth yang kelam tidak dibeberkan secara penuh pada awal trilogy, barulah dalam dua sequelnya dijelaskan rahasia dibalik sikap Lisbeth yang misterius.

Film pertama lebih terfokus pada kisah penyelidikan Mikael terhadap hilangnya keponakan Henry Vanger, seorang milyuner kaya raya. Uniknya, sang keponakan sudah menghilang 40 tahun yang lalu dan sudah dianggap tewas oleh seluruh keluarganya. Henry membayar Mikael bukan untuk menemukan sang keponakan tercinta, melainkan menyelidiki siapa yang bertanggung jawab terhadap hilangnya sang keponakan. Dalam film The Girl with the Dragon Tattoo, yang menjadi fokus utama adalah tokoh Mikael Blomkvist disertai cerita pendukung tentang Lisbeth yang misterius.

Film kedua bersetting satu tahun setelah kejadian film pertama dimana Lisbeth menghilang begitu saja tanpa memberi kabar pada Mikael. Dalam sequel pertama ini, Lisbeth dicari-cari polisi dengan tuduhan pembunuhan yang ternyata terkait erat dengan masa lalu Lisbeth. Film kedua ini memiliki alur cerita agak berbeda bila dibanding film pertama. Kalau film pertama lebih menitik beratkan pada kisah penyelidikan dan misteri, The Girl who Played with Fire lebih condong kearah drama psikologi lengkap dengan beberapa adegan kilas balik masa lalu Lisbeth. Sesuai dengan judulnya, tokoh utama dalam film ini adalah tokoh Lisbeth. Sedangkan sang wartawan Blomkvist lebih berperan sebagai pendukung cerita.

Film ketiga merupakan sequel langsung dari film kedua. Adegan awalnya saja dimulai dari adegan akhir film kedua dan jelas-jelas melanjutkan drama kriminal yang telah dibangun sejak film kedua. Dengan telah terkuaknya masa lalu Lisbeth, film terakhir dari trilogi Milennium ini menjelaskan beberapa alur yang terlihat belum jelas sejak dimulainya film pertama.

Dari segi cerita dan plot twist, aku paling suka pada film pertama. Aksi penyelidikan Blomkvist yang dibantu Lisbeth terlihat cerdas dibumbui dengan beberapa petunjuk yang terlihat menyesatkan. Malah boleh dibilang aku sama sekali tak bisa menebak ending dari film pertama. Kupikir cerita utama dalam film pertama tentang penyelidikan Blomkvist tak memiliki hubungan erat dengan 2 film sequelnya, sedangkan alur pendukung tentang kisah Lisbeth memang terlihat dipersiapkan untuk dijadikan dasar cerita film sequelnya. Pada film pertama, akting Noomi Rapace cukup memikat meskipun menurutku puncak dari aktingnya justru berada pada film keduanya. Totalitas Rapace sebagai Lisbeth dibuktikannya dengan menindik hidungnya demi penampilan punk Lisbeth lengkap dengan anting dihidung walaupun dengan tato naga palsu. Sayangnya, aku merasakan adanya penurunan kualitas pada film 2 sequelnya. Jika pada film pertama, misteri dan plot twistnya bisa disajikan dengan memikat hingga penyelesaian adegan akhir, film kedua dan ketiga terasa agak mentah seakan-akan cerita ingin dipaksaan segera berakhir. Plot twist yang ditampilkan pada film ketiga benar-benar garing jika dibandingkan dengan film pertamanya. Teori konspirasi yang ditawarkan untuk mengakhiri film terasa biasa saja, toh sudah banyak film-film Hollywood yang membawakan cerita thriller dengan latar teori konspirasi.

O iya, bagi yang telah menonton film pertamanya, jangan lupakan beberapa tokoh numpang lewat yang tampil dalam The Girl with the Dragon Tatto karena mereka nantinya pada seri terakhir akan memainkan peranan penting seperti misalnya adiknya Mikael Blomkvist yang terlihat sibuk sebagai ibu rumah tangga.

My verdict is…. film terbaik dari Millennium Trilogy yang kutonton adalah seri pertamanya, sedangkan 2 sekuelnya agak kurang menggigit. Walaupun demikian, film ini tetap saja sangat kurekomendasikan untuk ditonton, terutama bagi para penggemar detective and crime story.

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.