Tuesday, August 7, 2012

Always Young: Belajar Dari New Concept

My aunt Jennifer must be at least thirty-five years old but she often appears as a young girl on the stage with a bright red dress and long black stockings . she is an artist. if anyone ever asks how old she is, she always answers, "My dear, it must be terrible to be grown up!"

Ilustrasi di atas adalah petikan salah satu materi hafalan dalam buku The New Concept English karangan LG. Alexander. materi ini biasanya dihafal dalam beberapa kursusan bahasa Inggris untuk mengenalkan bentuk-bentuk kalimat dan penkayaan vocabulary. Di Pare Kediri, khususnya BEC (Basic English Course) pimpinan Mr. Kalend, new concept masih dianggap sebagai materi yang masih relevan yang disampaikan dengan model ajar sorogan ala pesantren yang ketat dan detil. tapi kali ini saya tidak akan membahas tentang new concept dan kelebihannya, melainkan materi yang berisi cuplikan cerita di atas itu saja, yakni yang berjudul "Always Young" (Chapter 17), yang kebetulan ini saya tuliskan bersamaan dengan hari dimana saya pernah dilahirkan, di saat umur saya sudah menjadi semakin bertambah seperti sekarang ini... hehehe....** tuing tuing... tambah tuweeekk... zzz..zz.. hehe..oke, mari kita mulai...

***

Ada saat dimana manusia begitu enjoy atas hidupnya pada suatu rentang waktu terntentu dengan aktifitas yang sangat disukainya. mereka tampak bersemangat dengan pengalaman-pengalaman baru dan bagaimana 'mempertontonkan' dirinya sebagai suatu subjek aktif yang 'layak diakui' oleh sejarahnya saat itu. Dan seperti tokoh Jennifer dalam ilustrasi tersebut. dia seolah terjebak dalam bayangan masa kejayaannya sebagai seorang aktris muda yang cantik dan sexi, sementara di saat yg sama dia pun terus tumbuh dan menjadi semakin tua saja. bukannya dia nggak tahu akan hal itu, tapi obsesinya untuk mempertahankan capaian yang pernah diraihnya membuat dia lupa bahwa pergeseran waktu berakibat pada relevansi yang mau tidak mau harus dihadapinya. sementara tokoh ini tidak demikian. dia seolah melakukan penolakan terhadap proses ini dan memaksa sejarahnya (setiap orang yang ada di rentang waktu tersebut) untuk tetap beranggapan bahwa waktu bukanlah soal, karena saya toh bisa tetap cemerlang dengan apa yang bisa saya lakukan, sebagaimana saya pernah melakukannya ketika saya masih muda dulu. kira-kira demikian. tapi Jennifer bukan tidak menyadari bahwa dia beranjak tua. dia bahkan berseloroh pada saat orang bertanya berapa umurnya. "My dear, it must be terrible to be grown up!", nada yang kental berbau penolakan.

Mau kemana tulisan ini mengarah? yah tentu anda sudah bisa tebak. bahwa umur akan selalu bertambah tanpa kita bisa menolaknya. ada saat di mana kita pernah merasa sedemikian bersemangat dalam hidup. menikmati suatu masa "menyenangkan" di masa muda kita yang gemilang yang dipenuhi mimpi dan gejolak. tapi ada suatu masa dimana kita juga dituntut untuk berfikir bahwa waktu telah memberikan ruang yang cukup lapang bagi manusia demi mendapatkan apa yang ingin didapat sembari terus melakukan update terhadap progress dirinya, melakukan penyesuaian demi penyesuaian terhadap lingkungan dan masa kininya. waktu akan mendewasakan kita dengan capaian-capaian pengalaman dan pengetahuan, tanpa kita harus stuck dan berhenti bergerak, entah karena kecapean atau trapt, terjebak dalam apa yang kita namai sebagai "masa gemilang" itu.

toh waktu juga berganti dan setiap orang yang bersama kita saat dalam kenangan itu pun musti mengalami hal yang sama. keterjebakan hanya akan menjadikan diri kita berhenti atau bahkan mundur kebelakang dengan romantisme, yang tentu saja ini absurd dan lebih banyak dipenuhi oleh halusinasi tentang suatu masa terbaik di masa lampau, yang kita bayangkan akan berbalik dan dapatkan kembali. padahal kalau direnungi, ketika pikiran kenangan ini membersit, bisa dipastikan kita sudah tidak disana lagi. jadi buat apa? bukankah masa "gemilang nun menyenangkan" itu dulu kita dapat juga karena perjuangan masa lalu kita yg gigih hingga lalu ia bisa tergapai. kenapa kita tidak mencontoh masa itu - dus sejarah diri kita sendiri. toh itu pun situasinya tidak sesempurna sebagaimana kita bayangkan. untuk sekedar mengenang, tentu suatu pengalaman akan menjelma indah semua, padahal pada waktunya yang asli bisa jadi pengalaman-pengalaman itu dipenuhi dengan kisah pahit dimana kita seringkali bahkan hendak menyerah lantaran tak kuat menahannya. Bersikap tidak menerima kenyataan hanya akan menjadikan diri kita terpelanting dan teralienasi diam-diam. semakin kita menghibur diri, semakin kita hilang dalam fantasi yang kita ciptakan, sementara orang lain mungkin tak peduli atau bahkan menertawakan kita di belakang, jadi apa untungnya?

Seperti Jennifer dalam kisah Always Young itu. kita terantuk waktu di mana tiba-tiba kita menemukan diri kita sudah tak relevan lagi, sementara kita sangat menyukainya, jadi bagaimana? keadaan objektif dan subjektif berdiri berhadap-hadapan, vis a vis dan menuntut untuk segera diambilnya keputusan yg tepat, apa yang terbaik. kalau kita menyerah dan memilih menjadi seperti Jennifer pun sebenarnya juga tak jadi soal, meski tentu dengan konsekwensi bergesernyanya citra lama menjadi citra baru berdasarkan fakta kekinian. kalau Jennifer saat umur belasan atau masih duasatu-an, orang mengelu-elukannya dengan perasaan yang sebenarnya bahwa dia cantik, cerdas dan seterusnya dan seterusnya, maka citra baru yang dia akan sandang pun bisa menjadi 'seorang tua yang menolak disebut tua', atau lebih kasar, 'nenek bangka genit yang lupa umur' de el el.

tapi bukan berarti di sini saya berpendapat bahwa orang tua gak boleh berjiwa seperti anak muda lho. kita tahu bahwa istilah "berjiwa muda" ini dimunculkan untuk memberi dorongan semangat dan spirit bertahan dalam menghadapi perjalanan hidup yang tentu tak selincah yang "dulu". Berjiwa muda bukanlah berarti bersikap ("bersikap" dengan tekanan) seperti anak muda, tapi lebih pada menjadi "relevan", tentu dengan semangat yang boleh bahkan lebih muda dari masa muda tergemilang sekalipun yang pernah dicapainya. jadi prinsipnya terletak pada spirit, bukan bentuk.

So guys. thats all deh ya minimal kontemplasi buat diri saya sendiri ... Always keep on fighting.. till the end. never give up struggle, tapi tetap dengan menyerap seluruh makna dalam perjalanan hidup yang mengajarkan banyak hal dari pengetahuan kognitif dan pengalaman yang sekiranya mampu mendorong diri kita menjadi lebih wise, lebih dewasa dalam mengarungi amanat hidup yang kita miliki sehingga kitapun akan dapat sempurna sebagai makhluk yang tau diri, sebagaimana Allah firmankan,

“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah Swt, tidaklah dapat kamu menghinggakannya” (QS. Ibrahim: 33-34)


* Kediri, 8 Agustus 2012

Artikel Terkait:

2 comments:

thanks your artikel is very useful

www.kiospulsaku.com

thanks

http://ipungberjuang.blogspot.co.id/

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.