Oleh. Nur Lodzi Hady
Seperti
terlukis dalam gunungan wayang purwa, nafsu dan hasrat kehidupan manusia
diwakili oleh empat totem: harimau, banteng, kera dan burung merak. Gunungan
sendiri merupakan perwujudan final dari dialektika dan persingunggan dari ke
empatnya.
Harimau yang
menggambarkan kecenderungan Amarah adalah
manifestasi api dengan symbol warna merah. Banteng yang menggambarkan nafsu Sufiah, merupakan manifestasi angin, dengan
dimensi warna kuning. Kera menggambarkan watak Lawwamah atau aluamah
sebagai manifestasi bumi dengan corak warna hitam. Sedangkan burung merak
merupakan simbolisasi dari karkter Mutmainah,
manifestasi air dengan dimensi warna putih
Dalam tradisi
kejawaan yang kita kenal, keempat unsur tersebut menemukan konteks spiritual
filosofis adiluhungnya melalui konsep “Sedulur Papat, Limo Pancer”
Sedulur Papat
adalah : Marwati, semangat
pengorbanan seorang ibu dengan taruhan nyawanya sendiri saat melahirkan. Kawah, yakni air ketuban yang menggawal
hingga terjadi proses kelahiran. Keduanya dianggap sebagai saudara tua si si
jabang bayi. Sementara plasenta (ari-ari) dan darah ibu (rahsa) yang muncul
setelah proses kelahiran disebut sebagai saudara muda. Dari sinilah lantas kita
menggenal istilah Kakang Kawah, Adi Ari-ari.
Keempat Sedulur
(saudara) tersebut selanjutnya berdiri pada empat penjuru mata angin, menjelma
empat totem binatang, berdimensi empat wrna dan dikawal oleh empat malaikat, Jibril, Isrofil, Mikail, dan Izrail. Semuanya
memusat pada satu titik, satu pancer !!!! Ia adalah si jabang bayi : persona manusia.
Bertolak
dari saat pertama kali mengenal dunia, mampukah ia -- sang persona -- menggendalikan
keempatnya demi melintasi jeram hidup dengan mengoptimalkan seluruh potensi
kekuatan masing-masingnya, atau justru dibabukan oleh sisi hitam kehadirannya,
sedang keberanian untuk memilih pun tak lepas dari citra-citra yang juga diamanatkan
oleh keempatnya… tampaknya pun pengetahuan dan kemampuan mendiagnosa persoalan
sangat berperan penting demi mendukung semua proses tersebut, baik dalam hal
mulai mengenali sesuatu, memantapkan pandangan hingga memakzulkan sebuah
pilihan.. Wallahu a’lam.
* Tulisan ini adalah sinopsis sebuah pertunjukan
tari 'Pancamaya" yang pernah diselenggarakan di Unisma, Malang
* Selengkapnya tentang Pancamaya bisa ditemukan di kyaimbeling atau browsing aja.
* Tulisan ini adalah sinopsis sebuah pertunjukan
tari 'Pancamaya" yang pernah diselenggarakan di Unisma, Malang
* Selengkapnya tentang Pancamaya bisa ditemukan di kyaimbeling atau browsing aja.
0 comments:
Post a Comment