Friday, August 3, 2012

Pancamaya & Dimensi Manusia Jawa

Oleh. Nur Lodzi Hady
Seperti terlukis dalam gunungan wayang purwa, nafsu dan hasrat kehidupan manusia diwakili oleh empat totem: harimau, banteng, kera dan burung merak. Gunungan sendiri merupakan perwujudan final dari dialektika dan persingunggan dari ke empatnya.

Harimau yang menggambarkan kecenderungan Amarah adalah manifestasi api dengan symbol warna merah. Banteng yang menggambarkan nafsu Sufiah, merupakan manifestasi angin, dengan dimensi warna kuning. Kera menggambarkan watak Lawwamah atau aluamah sebagai manifestasi bumi dengan corak warna hitam. Sedangkan burung merak merupakan simbolisasi dari karkter Mutmainah, manifestasi air dengan dimensi warna putih

Dalam tradisi kejawaan yang kita kenal, keempat unsur tersebut menemukan konteks spiritual filosofis adiluhungnya melalui konsep “Sedulur  Papat, Limo Pancer

Sedulur Papat adalah : Marwati, semangat pengorbanan seorang ibu dengan taruhan nyawanya sendiri saat melahirkan. Kawah, yakni air ketuban yang menggawal hingga terjadi proses kelahiran. Keduanya dianggap sebagai saudara tua si si jabang bayi. Sementara plasenta (ari-ari) dan darah ibu (rahsa) yang muncul setelah proses kelahiran disebut sebagai saudara muda. Dari sinilah lantas kita menggenal istilah Kakang Kawah, Adi Ari-ari.

Keempat Sedulur (saudara) tersebut selanjutnya berdiri pada empat penjuru mata angin, menjelma empat totem binatang, berdimensi empat wrna dan dikawal oleh empat malaikat,  Jibril, Isrofil, Mikail, dan Izrail. Semuanya memusat pada satu titik, satu pancer !!!! Ia adalah si  jabang bayi : persona manusia.

Bertolak dari saat pertama kali mengenal dunia, mampukah ia -- sang persona -- menggendalikan keempatnya demi melintasi jeram hidup dengan mengoptimalkan seluruh potensi kekuatan masing-masingnya, atau justru dibabukan oleh sisi hitam kehadirannya, sedang keberanian untuk memilih pun tak lepas dari citra-citra yang juga diamanatkan oleh keempatnya… tampaknya pun pengetahuan dan kemampuan mendiagnosa persoalan sangat berperan penting demi mendukung semua proses tersebut, baik dalam hal mulai mengenali sesuatu, memantapkan pandangan hingga memakzulkan sebuah pilihan.. Wallahu a’lam.

* Tulisan ini adalah sinopsis sebuah pertunjukan 
   tari 'Pancamaya" yang pernah diselenggarakan di Unisma, Malang 
* Selengkapnya tentang Pancamaya bisa ditemukan di kyaimbeling atau browsing aja.

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.