Fadil K |
Jika ditanya profesi apa yang paling mulia di dunia ini? Tidak salah jika kita menjawab Petani. Dalam sejarah kemanusian, hampir semua nabi berhubungan dengan petani. Nabi adam yang turun pertama kali ke Bumi di bekali oleh Tuhan pengetahuan tentang tanaman dan ternak. Pengetahuan ini berlangsung hingga sekarang. Nilai-nilai yang dimiliki oleh petani sesungguhnya menggambarkan keseimbangan hubungan manusia dengan tuhan, sesama, dan alam. Petani memproduksi pangan untuk semua golongan manusia di dunia.
Malangnya, dalam proses perkembangan sejarah, petani selalu menjadi kelas sosial yang dikalahkan oleh kelas sosial lain, seperti pedagang, kesatria, dan brahmana (intelektual). Petani selalu berada pada piramida terbawah yang menanggung beban kesengsaraan untuk kelas sosial lainnya. Faktor yang mempengaruhi ini adalah gerak petani hanya diruang produksi, sementara untuk distribusi yang sangat menentukan harga ditentukan oleh pedagang. Pedaganglah yang sejak dulu memaenkan peranan penting sehingga keuntungan terbesar bukan pada petani tetapi menjadi milik pedagang.
proses ini sudah berjalan ribuan tahun seakan menjadi kutukan sejarah bagi petani. Hingga kini petani dibelahan dunia manapun masih menjadi korban perdagangan yang tidak adil. Sistem perdagangan dunia yang semakin kompleks dan mengarah kepada pasar bebas semakin menempatkan petani pada ujung kelam dalam sejarah peradaban manusia. Perusahaan-perusahaan multinasional semakin meminggirkan petani hingga ke tepi jurang kebinasaan. Petani dan keluarganya sebagai produsen pangan justru kekurangan pangan. Kelaparan menghinggapi keluarga petani di desa-desa. Sebuah Ironi sejarah yang amat mengenaskan. Tikus mati di lumbung padi bukan hanya ilusi tapi fakta.
Bagaimana menjadikan petani profesi yang mulia dan berbahagia? tentu tidak mudah, butuh kesabaran revolusioner untuk merubah ini semua. Anda tertantang dengan kondisi ini? atau pasrah dengan keadaan?
Malangnya, dalam proses perkembangan sejarah, petani selalu menjadi kelas sosial yang dikalahkan oleh kelas sosial lain, seperti pedagang, kesatria, dan brahmana (intelektual). Petani selalu berada pada piramida terbawah yang menanggung beban kesengsaraan untuk kelas sosial lainnya. Faktor yang mempengaruhi ini adalah gerak petani hanya diruang produksi, sementara untuk distribusi yang sangat menentukan harga ditentukan oleh pedagang. Pedaganglah yang sejak dulu memaenkan peranan penting sehingga keuntungan terbesar bukan pada petani tetapi menjadi milik pedagang.
proses ini sudah berjalan ribuan tahun seakan menjadi kutukan sejarah bagi petani. Hingga kini petani dibelahan dunia manapun masih menjadi korban perdagangan yang tidak adil. Sistem perdagangan dunia yang semakin kompleks dan mengarah kepada pasar bebas semakin menempatkan petani pada ujung kelam dalam sejarah peradaban manusia. Perusahaan-perusahaan multinasional semakin meminggirkan petani hingga ke tepi jurang kebinasaan. Petani dan keluarganya sebagai produsen pangan justru kekurangan pangan. Kelaparan menghinggapi keluarga petani di desa-desa. Sebuah Ironi sejarah yang amat mengenaskan. Tikus mati di lumbung padi bukan hanya ilusi tapi fakta.
Bagaimana menjadikan petani profesi yang mulia dan berbahagia? tentu tidak mudah, butuh kesabaran revolusioner untuk merubah ini semua. Anda tertantang dengan kondisi ini? atau pasrah dengan keadaan?
0 comments:
Post a Comment