Monday, September 10, 2012

Rahasia Doomsday Seed Vault Di Arktik


Oleh  F. William Engdahl

Bill Gates, Rockefeller dan raksasa-raksasa GMO tahu tentang sesuatu yang kita tidak tahu

Satu hal tentang si penemu Microsoft, Bill Gates, ialah (bahwa dia) tidak bisa dikatakan sebagai seorang pemalas. Dia sudah menguasai  pemrogaman pada usia 14 tahun dan menemukan Microsoft di usia 20 tahun saat ia masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa Universitas Havard. Di tahun 1995 dia sudah masuk dalam Forbes sebagai orang paling kaya di dunia dan menjadi  pemegang saham terbesar di Micrisoft-nya, sebuah perusahaan yang ia dibangun dengan usaha keras untuk memonopoli secara de facto atas sistem  piranti lunak untuk komputer pribadi.

Pada tahun 2006, saat umumnya orang dalam keadaan demikian mungkin berfikir untuk pensiun dan menenangkan diri di kepulauan Pasifik, Bill Gates justru memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada yayasan Bill and Melinda Gates  miliknya, sebuah yayasan pribadi yang bisa dikatakan sebagai yayasan paling  “terbuka” dan terbesar di dunia dengan penghasilan 34, 6 milyar USD dalam  bentuk sumbangan yang harus dikeluarkan sebesar 1.5 milyar USD  per tahun untuk proyek-proyek charity di seluruh dunia agar terbebas dari pajak  dengan status amal. Sumbangan tersebut berasal dari teman dan rekanan bisnis, mega-investor Waren Buffet di tahun 2006, yang sebagian dari 30 milyar USD diantaranya atau seharga saham di Buffet’s Berkshire Hathaway, telah  menempatkan Gate dalam sebuah perkumpulan yang menghabiskan biaya hampir  menyamai total anggaran tahunan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO).  Jadi, ketika Bill Gates, melalui Gates Fundation, memutuskan untuk  menginvestasikan 30 juta dollar dari hasil jerih payahnya dalam sebuah proyek,  hal tersebut sangat patut untuk dikaji.
Tak ada yang lebih penting saat itu daripada sebuah proyek yang tidak lazim di salah satu tempat paling terpencil di dunia, Svalbard. Bill Gates sedang  menginvestasikan jutaan dolar di bank benih, di laut Barents dekat samudra arktika (Arctic Ocean) yang terletak 1.100 km dari kutub utara. Svalbard adalah sebuah  tempat tandus berbatu yang diklaim oleh Norwegia dan baru diserahkan pada  tahun 1925 melalui perjanjian internasional (lihat peta).

Di pulau yang “diabaikan tuhan” ini Bill Gates menginvestasikan puluhan juta dolarnya, bersama dengan Yayasan Rockfeller, Monsanto Corporation, Yayasan  Syngenta, serta pemerintahan Norwegia, pada apa yang dinamakan ‘bank benih  kiamat‘ (doomsday seed bank). Secara resmi proyek itu dinamai Svalbard Global Seed Vault di  Spitsbergen yang terletak di kepulauan Norwegia, bagian dari deretan pulau  Svalbard.

Bank benih dibangun di dalam sebuah gunung di pulau Spitsbergen dekat desa kecil Longyearbyen. Menurut pemberitaan mereka, bank benih tersebut sudah  hampir siap untuk ‘berbisnis’. Bank tersebut akan memiliki pintu tahan ledakan  ganda dengan sensor gerak, dua pengunci udara (airlocks), dan dinding beton  baja berketebalan satu meter. Di dalamnya akan mampu memuat hingga tiga juta  jenis benih yang berbeda dari seluruh dunia, dengan begitu menurut pemerintah  Norwegia, “keanekaragaman benih dapat terpelihara untuk masa depan”.  Benih-benih akan dibungkus secara khusus untuk mengeluarkan embun atau uap  lembab. Disana tidak akan ada staff yang bekerja seharian, tetapi relatif  susahnya akses kesana akan memudahkan mengamati kemungkinan apa saja dari  aktifitas manusia.

Apakah kita melewatkan sesuatu disini? Press Release mereka mengatakan “dengan begitu keanekaragaman benih dapat terpelihara untuk masa depan”. Masa depan seperti apa gerangan yang sponsor-sponsor seed bank sedang ramalkan  bahwa ia akan mengancam persediaan benih sekarang ini, yang hampir keseluruhannya sudah terlindungi dengan baik oleh bank-bank benih di seluruh dunia?

Tiap kali Bill Gates, Yayasan Rockfeller, Monsanto dan Syngenta, berkumpul bersama dalam sebuah proyek tertentu, patut rasanya kalau kita gali lebih dalam apa yang ada dibalik bebatuan Spitsbergen. Ketika kita lakukan, kita akan menemukan  sesuatu yang menarik.

Poin penting pertama yang perlu dicatat adalah siapa yang mensponsori ‘kubah  benih kiamat’ (Doomsday Seed Vault)? Berikut adalah mereka-mereka yang bergabung bersama orang-orang Norwegia  disini, seperti yang sudah dikemukakan, Yayasan Bill and Melinda Gates;  perusahaan agribisnis raksasa Amerika Dupont/Pioneer Hi-bred, salah satu  pemilik terbesar dunia atas benih tanaman transgenik (GMO – Genetic Modified  Organism) dan agrikimia  lain yang sudah dipatenkan; Syngenta, perusahaan besar benih GMO dan agrikimia  yang berbasis di Swiss melalui yayasan Syngenta-nya; Yayasan Rockfeller, group  swasta yang menciptakan “revolusi gen” dengan lebih dari 100 juta dolar uang  (dari) benih sejak tahun 1970an; CGIAR, jaringan global yang dibuat oleh  yayasan Rockfeller untuk mempromosikan pemuliaan genetik yang ideal melalui  perubahan pertanian.

CGIAR dan “The Project”
Seperti yang sudah saya jelaskan di buku Seeds of Destruction [1], di tahun 1960 yayasan Rockfeller, John D. Rockefeller III’s Agriculture Development Council  dan Ford Foundation menjalin kekuatan untuk mendirikan lembaga penelitian padi internasional (IRRI) di Los Banos, Philipina. Pada 1971, IRRI Rockfeller  ini, bersama dengan pusat pengembangan jagung dan gandum internasional yang  berbasis di Mexico serta dua dari international research center bikinan  Rockfeller dan Ford Foundation yang lain, IITA (untuk pertanian tropis), di Nigeria  dan IRRI (untuk padi), di Filipina, digabungkan untuk membentuk Consultative  Group on International Agriculture Research (CGIAR)

CGIAR terbentuk pada rangkaian konferensi tertutup yang diselenggarakan di  pusat konferensi yayasan Rockfeller di Bellago, Italy. Peserta utama dalam  pembicaraan di Bellago ini adalah Goerge Harrar dari yayasan Rockfeller,  Forrest Hill dari Ford Foundation; Robert McNamara dari Bank Dunia dan Maurice Strong, the Rockefeller family’s international environmental organizer, yang – selaku komisaris yayasan Rockfeller – mengorganisir pertemuan Earth  Summit PBB di Stockholm pada tahun 1972. Ini merupakan bagian dari dekade sepanjang upaya The Fundtion untuk menggiring ilmu pengetahuan ke pelayanan eugenika  (service of eugenics), sebuah versi keras dari pemurnian ras, sesuatu yang  disebut sebagai “The Project“.

Untuk memastikan impact yang maksimal, CGIAR mengikut-sertakan the United Nations’ Food and Agriculture Organization, Program Pembangunan PBB dan Bank Dunia. Dengan  begitu, melalui langkah perencanaan yang matang dan berhati-hati , Yayasan Rockfeller di  awal tahun 1970-an sudah berada pada posisi menentukan kebijakan pertanian global,  dan walhasil terwujud.

Dengan dibiayai oleh sang dermawan Rockfeller dan Ford Foundation melalui  bantuan penelitian, CGIAR melihat bahwa para ilmuwan terkemuka pertanian Dunia Ketiga dan agronomi dibawa ke Amerika Serikat untuk “menguasai” konsep  produksi agribisnis modern untuk kemudian dibawa krmbali ke negaranya masing-masing. Dalam prosesnya mereka menciptakan sebuah jaringan pengaruh yang tak  ternilai untuk promosi agribisnis Amerika Serikat di beberapa negara-negara tersebut,  terutama promosi ‘Revolusi Gen’ di negara-negara berkembang,  semua atas nama ilmu pengetahuan dan efisiensi untuk mendukung pertanian pasar  bebas.
***

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.