Sunday, August 12, 2012

Menelisik Jejak Mason Bebas

Logo freemasonry pada lempeng besi penutup makam
Banyak orang telah mengetahui, mendiskusikan, membahasnya dalam berbagai media dan kesempatan tentang apa dan bagaimana sepak terjang Fremasonry (biasa disebut freemason atau mason bebas atau dalam bahasa Belandanya “Vrijmetselarrij”) sepanjang sejarah dunia, tapi lebih banyak orang tidak tahu bahwa organisasi ini mampu bertahan sekian lamanya dengan berbagai agenda ‘sumbu panjang’  dan 'bekerja' untuk bergulirnya tatanan dunia yang diingininya. Selain itu pula, tidak sedikit orang yang telah mengetahuinya namun tidak benar-benar percaya bahwa organisasi tersebut benar-benar beraktifitas secara terselubung dan melibatkan banyak sumberdaya manusia penting dunia sesuai jaman dan ruangnya masing masing.

Tarekat Mason Bebas Di Indonesia
Saya sendiri sebenarnya  juga tidak jarang bersikap skeptis dan bahkan tidak yakin akan berbagai wacana yang ada, sampai pada akhirnya saya mendapati sebuah buku berjudul Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962 yang ditulis oleh  Dr. Th. Stevens. Kabarnya buku ini hanya dicetak 5000 eksemplar diterbitkan 1 kali cetak yaitu pada tahun 2004 dan hak penerbitannya telah dibeli oleh pihak tertentu. (silahkan click link untuk download buku). Dalam buku tebal ini dijelaskan dengan gamblangnya bagaimana campur tangan freemason terhadap Budi Utomo di era pra-kemerdekaan beserta tokoh-tokoh penting yang mendukungnya. Berikut adalah salah satu petikan dari buku tersebut:

"...pengaruh Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat perhatian, tidaklah terlupakan bahwa mereka juga mempunyai pengaruh dalam gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang bernama ‘'Budi Utomo'' ". (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii).

Banyak hal mengejutkan yang disuguhkan dalam buku ini kaitannya dengan sejarah awal kemerdekaan dan banyaknya pemimpin-pemimpin penting negeri ini yang ternyata sudah baiat sebagai anggota dari Freemason. Dan salah satu fakta menarik adalah bahwa Gedung Bappenas yang sekarang ini, ternyata dulunya merupakan semacam kantor pusat pengendalian operasi Freemason di Indonesia. Dalam sebuah kesempatan Harian Republika juga pernah mengulas tentang keberadaan gedung tersebut dan sejarah masa lalunya dengan memberinya label 'bekas rumah setan'.

Sepak terjang gerakan rahasia Freemason yang sangat kuat di level nasional saat itu bahkan kelak akhirnya membuat Bung Karno gusar dan merasa perlu mengeluarkan perintah larangan atas organisasi tersebut beserta seluruh underbow atau organ-organ taktisnya. Tapi apakah aktivitas Freemason lantas berhenti dengan demikian? Tentu saja hal itu sangat diragukan. Kecuali mungkin adanya upaya mengeliminir bentuk-bentuk mencolok yang mengindikasikan keberadaan dan aktifitasnya atau berkamuflase dengan berbagai bentuk baru yang lebih soft. Organisasi ini sudah berumur ratusan tahun dan bersifat lintas geografis. Jadi sangatlah tidak mungkin bila ia dapat dengan mudah dihalangi dengan sebuah surat keputusan presiden sekalipun.

Makam FJH Bayer di Peneleh
Dari buku tersebut akhirnya saya mendapatkan banyak pencerahan. Saya masih menambahkan dengan menggali berbagai sumber lain yang saya dapatkan dari internet. Dan suatu hari ada seseorang memberitahu saya bahwa terdapat sebuah makam Belanda di Surabaya yang salah satu kuburan di dalamnya terdapat logo yang mirip freemasonry. Saya pun meluncur ke kompleks pemakaman Peneleh yang sebagian besar sudah rusak atau dijarah para "pemburu harta karun".

Bayer "Si Raja Besi"
Dari ratusan orang Belanda yang dikebumikan di sana, dengan susah payah akhirnya saya menemukan kuburan yang dimaksud. Dan benar saja, kuburan atas nama F.J.H. Bayer (1807-1879), dimana bagian atasnya merupakan blok besi penuh itu terdapat logo freemason yang tercetak sangat jelas meski sudah berumur seabad lebih. Dari bentuk dan tanda-tanda yang ada di tempat itu dapat dipastikan jika orang yang dikuburkan di situ dulunya adalah anggota freemason dengan level yang tidak rendah. Dan yang menarik lagi, rata-rata makam di kompleks tersebut memiliki logo kematian yang umumnya bergambar sayap burung dan jam pasir. Tapi pada makam yang satu ini, bukan ukiran sayap burung yang kita temukan, melainkan sayap kelelawar. Menurut Denys Lombard gambaran seperti ini sangat mirip dengan yang biasa di temukan di dekorasi kapel penebusan, di Paris.

Setelah saya lakukan upaya pencarian informasi terkait makam tersebut, belakangan diketahui bahwa F.J.H Bayer mempunyai nama lengkap Frans Jacob Hubert Bayer. Denys Lombard pernah memasukkan namanya dalam sebuah kumpulan biografi singkat orang-orang Belanda yang dikebumikan di Peneleh dalam bukunya "A la Rencontre d’une Societe Defunte: Le Cietiere Chretien de Peneleh, Surabaya" yang dibuat tahun 1992. Dalam buku tersebut Lombard memberi keterangan yang singkat:

"originaire d'Aix-la-Chapelle, F.J.H. Bayer joua un role determinant dans l'essor industriel de Surabaya au XIXe s. Il fonda notamment de phoenix, puis de Volharding, deux ateliers metallurgiques qui fournissaient notamment les machines a vapeur, necessaires anx bateaux comme aux sucreries. Il mourut comble d'honneurs, dans sa grande maison d'Undaan, connu de tous sous le surnom de "roi du fer" (Ijzerkoning). On notera sur sa tombe, les symboles maconniques ainsi que le motif du sablier avec des ailes de chauve-souris (que L'on retrouve par exemple, dans le decor de la Chapelle expiatoire, a Paris)"

kira-kira artinya demikian:

"asli Aix-la-Chapelle, F.J.H. Bayer memainkan peranan penting dalam pertumbuhan industri Surabaya dalam abad kesembilan belas. Di samping Phoenix, ia juga mendirikan De Volharding, dua workshop metalurgi yang menyediakan diantaranya mesin uap untuk keperluan kapal... Dia meninggal dengan penuh kehormatan, di rumahnya yang besar di Undaan. dikenal semua orang dengan julukan " Si Raja Besi" (Ijzerkoning). Perhatikan di makamnya, simbol-simbol Masonik dan pola jam pasir dengan sayap kelelawar (yang ditemukan misalnya dalam dekorasi kapel penebusan, di Paris)"

Dari keterangan ini disebut-sebut bahwa Bayer adalah seseorang yang berjuluk Si Raja Besi, seorang industrialis terkemuka di Surabaya waktu itu dan menurut sebuah sumber ia adalah mantan karyawan dari perusahaan Constructie Winkel sebelum akhirnya mendirikan tiga bengkel besar yang di antaranya adalah Phoenix dan De Volharding pada 1841. Sangat dimungkinkan, karena capaian-capaiannya inilah lantas pada 1846 Pemerintah Belanda membangun sebuah bengkel untuk keperluan angkatan laut yang diberi nama Marine Establisment. Karena seperti disinggung lombard, perusahaan metal milik Bayer juga menyuplai keperluan mesin uap untuk kapal. Dan selanjutnya, masih menurut sumber yang sama, pada 1849, Kapal Belanda yang pertama dimasukkan dalam droogdok (galangan kapal) Marine Establisment ialah Semarang. Nah bekas Marine Establisment itu sekarang diperluas dan dinamakan PT. PAL.

Hal di atas menjadi bertambah terang dengan menyimak penjelasan Howard W. Dick dalam bukunya Surabaya, City of Work (Singapore University Press, 2003) :

"Konsentrasi fasilitas angkatan laut di Surabaya membuatnya menjadi salah satu instalasi pertahanan terbesar di asia tenggara dengan tenaga kerja harian sekitar 2 atau 3 ratus orang. pangkalan angkatan laut juga menjadi training ground (tempat pelatihan) bagi para manajer dan tenaga kerja yang terampil dari sektor swasta yang sedang bangkit. orang-orang seperti F.J.H. Bayer, A.W. Remmert dan F. Williems, yang telah mendirikan engeneering-shop swasta pertama di surabaya, dulunya memegang posisi yang tinggi di gudang senjata, toko boiler (ketel) ataupun pangkalan angkatan laut (Faber 1931, 170-5)".

Dalam kaitan yang sama, Marcel Bonneff, dalam Pérégrinations javanaises juga menyinggung, bahwa perusahaan kedua F.J.H. Bayer, Phoenix didirikan pada 1841 yang lantas di akuisisi pemerintah Belanda pada tahun 1844. Tujuh tahu kemudian (1851) perusahaan ini menjadigudang persenjataan tentara Belanda yang berada dalam lingkup kerja altillerie constructiewinkel.

Setelah perusahaannya diakuisisi pemerintah, Bayer kemudian mendirikan perusahaan lain yang lebih bergerak di sektor pabrik gula. perusahaan inilah yang dinamakan De Volharding" (yang berarti "toughness"), di mana pada 1860 telah dilengkapi dengan peralatan paling modern dan layak dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan modern di Eropa.


Gelar Penghargaan: Ordo Singa Belanda
Selain itu kita juga bisa mendapat informasi tambahan pada pahatan di lempeng besi penutup kuburan F.J.H. Bayer tersebut yang secara langsung bisa kita saksikan sampai sekarang. di sana dituliskan:

salah satu medali penghormatan
ordo singa Belanda
"Hier Ligt Het Stiffelyk Overschot Van Den Weledelgeb: Heer F.J.H. Bayer Ridder Der Orde Van Den Ned: Leeuw" (kurang lebihnya artinya: "di sini terbaring jenazah dari yang terhormat tuan besar FJH Bayer: Ksatria Ordo Singa Belanda".)

Bila kita tengok ke Wikipedia mengenai status penghargaan ini maka akan semakin jelaslah dugaan bahwa F.J.H. Bayer ini bukan orang sembarangan. Ksatria Ordo singa Belanda atau The Order of the Netherlands Lion adalah sebuah gelar keksatriaan dan kehormatan yang diberikan  kerajaan Belanda kepada orang-orang tertentu yang dianggap memiliki  jasa dan kapabelitas yang layak diperhitungkan dari berbagai disiplin: jendral militer, scientist, industrialist, politisi dll. Terdapat beberapa grade dalam pemberian gelar ini, seperti Knight Grand Cross, Knight Commander dan seterusnya. Saya tidak tahu persis tentang spesifikasi yang dimiliki Bayer ini.

Maka dalam kaitan tersebut, adalah masuk akal dan wajar bila ia merupakan anggota atau bahkan orang dengan level yang tidak rendah di jajaran gerakan rahasia Freemason yang ada di Indonesia (meskipun dalam hal ini belum kita dapatkan data-data lain yang mendukung), mengingat di kompleks Peneleh, hanya kuburan ini sajalah satu-satunya yang mencantumkan dengan jelas identitas Freemason (masonic symbol).

Synagogue Jalan Kayoon
Bentuk asli bangunan synagog
Ditemani seorang kawan, pada hari yang sama saya bergerak menyusuri beberapa jalan di Surabaya dan akhirnya sampailah saya di sebuah tempat, tepatnya di Jl. Kayoon 4-5. Pastinya cukup banyak orang yang sudah mengetahui tempat ini. Di sana berdiri kokoh sebuah bangunan belanda dengan tulisan yang tidak terlalu mencolok: synagogue.

Ya, tempat peribadatan umat yahudi itu sampai saat ini masih tegak berdiri. Hanya saja anda sudah tidak akan lagi dapat menemukan sebuah bentuk bangunan kuno ala  Eropa di tempat itu, karena bangunan itu kini sudah disulap sedemikian rupa menyerupai rumah hunian biasa dengan gaya yang elegan dan modern. Ketika saya berkunjung ke tempat itu pada november 2011, bangunan tersebut tampaknya baru selesai direnovasi karena bau cat masih tercium dengan jelas. Beberapa cerita yang melatarbelakangi, dimungkinkan adalah untuk menghindari berbagai kecurigaan masyarakat terkait aktifitas di sana. Hal ini sangat bisa dipahami karena ”gangguan” pada tempat itu juga kerap terjadi sebelumnya. Bahkan pernah suatu ketika tempat itu diserang massa yang mengatasnamakan gerakan Islam Pro-Palestina, pada saat terjadi peristiwa penyerangan Israil atas rakyat Palestina. Beberapa properti rusak akibat serangan itu, termasuk pintu kayu besar di bagian samping bangunan utama yang menjorok ke dalam dimana terukir bintang daud (bintang seperti dalam bendera Israil) dengan kaligrafi Ibrani.

Sesudah direnovasi menyerupai
rumah hunian biasa
Lalu apa gerangan hubungan tempat itu dengan makam Peneleh dimana Bayer disemayamkan? Jawabnya saya tidak tahu. Saya tidak bisa mendapatkan kepastian jawaban mengenai hal itu. Tapi adalah suatu fakta yang jelas, bahwa sejarah Freemasonry yang bercokol di Indonesia dan turut andil dalam berbagai gejolak nasional bukanlah isapan jempol atau sebuah teori konspirasi asal-asalan belaka. Kaum mason dengan visi humanisme materialistiknya masih terus bertahan untuk menjalankan takdirnya sebagai the opposite dari kekuatan spiritual teisme yang diyakini oleh sebagian ummat manusia, untuk kemudian menggantinya dengan sebuah keyakinan (yang sudah jelas mulai tampak bentuknya sekarang) bahwa segala hajat hidup dan kehidupan adalah berlangsung dengan sebuah mekanisme alami yang terjadi atas hukum kebetulan, di mana tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Dan karenanya Tuhan tak lain adalah pengetahuan dan evolusi dari semesta itu sendiri di mana manusia berada pada peran yang determinan (main logo Freemason adalah jangka dang penggaris siku yang menggambarkan kekuasaan science. Huruf "G" yang biasa menyertai adalah "God") . New Word Order dilandaskan atas dasar filosofi ini, yang jika ditarik alur kesejarahannya akan sangat jauh sekali  membawa kita menelusup ke belantara gelap sempalan pasukan Templar yang menemukan manuskrip-manuskrip kuno, exodus Nabi Musa beserta ummat yahudi membelah laut merah menuju Yerusalem, hingga kabbala dan paganisme di zaman mesir kuno… Wallahu a’lam bis Showab..

Artikel Terkait:

3 comments:

mulane aku tengar tenger terus.... son mason... kok cik yooo..

kok koyok jeneng mburine bapake Mbah Buyut Putri aku tekan ibuku, gae jeneng Bayer, tapi aku ga weruh jeneng lengkape sopo, cuma weruh nek Bayer jeneng keluarga.
Seng nunggoni Omah Kayun iku jenenge ibu Cahya.

kok koyok jeneng mburine bapake Mbah Buyut Putri aku tekan ibuku, gae jeneng Bayer, tapi aku ga weruh jeneng lengkape sopo, cuma weruh nek Bayer jeneng keluarga.
Seng nunggoni Omah Kayun iku jenenge ibu Cahya.

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.